BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kenyamanan
dan keamanan mengendarai mobil senantiasa diinginkan oleh setiap pengemudi dan
penumpang. Banyak hal yang mempengaruhi tingkat keamanan dan kenyamanan dalam
pengendaraan suatu mobil. Pada saat ini teknologi selalu berkembang pesat,
sebagai contoh yang terjadi pada sistem suspensi,
sistem steering, sistem rem, aerodinamis mobil dan lain-lain. Salah
satu hal yang juga mempengaruhi tingkat keamanan dan kenyamanan pengendaraan
suatu mobil terletak pada penyetelan posisi roda secara benar, khusunya roda
depan, hal tersebut biasa disebut Front
Wheel Alignment.
Pemakaian
model wheel alignment akan
disesuaikan dengan tujuan yang dimiliki kendaraan tersebut. Camber positif yaitu mengutamakan
fungsinya pada kecepatan standar, kemudi sudah terasa ringan tanpa penambahan power steering. Camber negatif akan ditemui pada kendaraan jenis mesin depan
penggerak roda depan. Kinerja camber
negatif akan dirasakan saat kecepatan tinggi serta saat berbelok dengan
kecepatan tinggi, yaitu kestabilan yang dimilikinya. Beban kemudi relatif lebih
berat, apabila tidak ditambahkan komponen kemudi model power steering.
Definisi
dari Front Wheel Alignment ialah Front = depan, Wheel = roda, Alignment = kelengkapan. Pengaturan
roda-roda bagian depan meliputi camber,
caster, steering axis inclination dan too
angle dari sistem suspensi depan
kendaraan dengan model wishbone.
Suspensi model wishbone, shock absorber hanya untuk menyerap gaya
tegak lurus. Sedangkan lengan atas dan bawah digunakan untuk menyerap gaya
memanjang dan menyamping. Konstruksi suspensi model wishbone lebih kokoh dibandingkan konstruksi model machperson.
Fungsi penyetelan Front Wheel Alignment sesuai dengan standarisasi dari spesifikasi
mobil tersebut yaitu meminimalisir stress
atau ketegangan dari tiap-tiap komponen yang bekerja ataupun dalam menerima
gaya, mendapatkan kestabilan kedaraan dalam pengendalianya dan daya balik
kemudi yang baik setelah berbelok. Manfaat lain didapat dari penyetelan Front Wheel Alignment adalah
memperpanjang masa keausan dari ban depan kendaraan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi umur pakai komponen menjadi pendek, kemungkinan selain
terkendalanya penyetelan front wheel
alignment dideteksi dengan
pengecekan troubleshooting pada
sistem suspensi dan velg. Jalan rata
atau bergelombang akan memberikan efek tertentu pada beban roda-roda depan
tersebut saat berjalan lurus atau berbelok.
B.
Permasalahan
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang muncul dalam tugas
akhir ini yaitu:
1. Mengetahui macam komponen-komponen
dan cara kerja dari Front Wheel Alignment
Isuzu Panther Tipe Hi-Grade saat
berjalan lurus atau berbelok ?
2. Bagaimana
cara mencari gangguan-gangguan pada tiap-tiap komponen Front Wheel Alignment Isuzu Panther Tipe Hi-Grade ?
3. Bagaimana
cara mengatasi gangguan-gangguan yang tejadi pada Front Wheel Alignment Isuzu Panther Tipe Hi-Grade ?
C. Tujuan
Tujuan
yang ingin dicapai penulis dalam penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Untuk mengetahui komponen-komponen
dan cara kerja dari Front Wheel Alignment
Isuzu Panther Tipe Hi-Grade.
2. Untuk mengetahui sumber
gangguan-gangguan yang terjadi pada masing-masing komponen Front Wheel Alignment Isuzu Panther Tipe Hi-Grade
3. untuk dapat mengatasi gejala dan gangguan
pada Front Wheel Alignment Isuzu
Panther Tipe Hi-Grade.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil setelah melakukan
penelitian dan penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Memperoleh wawasan lebih
dalam tentang mekanisme Front Wheel
Alignment Isuzu Panther Tipe Hi-Grade
beserta cara kerjanya.
2. Dapat
dijadikan referensi ketika terjadi kerusakan
atau troubleshooting pada mekanisme Front Wheel Alignment Isuzu Panther
Tipe Hi-Grade.
3.
Dapat memberikan wawasan kepada pembaca mengenai Front Wheel Alignment
Isuzu Panther Tipe Hi-Grade.
E.
Sistematika
Penulisan Laporan
Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah
sebagai beikut :
Untuk
memberikan gambaran yang menyeluruh dalam sistematika penulisan laporan Tugas
Akhir ini, secara garis besar sistematika penulisan tugas akhir ini dibagi
menjadi tiga bagian yaitu : bagian awal, bagian isi dan bagian akhir.
Bagian
awal laporan tugas akhir ini terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan
halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar,
daftar tabel dan daftar lampiran.
Bagian
isi dari tugas akhir ini terdiri dari : Bab I pendahuluan, meliputi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan laporan.
Bab II isi yang meliputi faktor-faktor dalam Front Wheel Alignment, konstruksi, fungsi komponen dan pengertian
dari camber, caster, steering axis (king
pin) inclination, toe angle, turning
radius dan sid slip. Bab III
terdiri dari penyetelan komponen Front
Wheel Alignment disertai pengukuran dengan peralatan Wheel Alignment, efek-efek yang ditimbulkan dari penyetelan Front Wheel Alignment, troubleshooting.
Bab VI penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
Bagian
akhir dari laporan tugas akhir ini terdiri dari daftar pustaka dan lampiran
dengan disertakan foto dokumentasi.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Jenis-Jenis Suspensi Independent Depan Penopang Wheel Alignment.
Sistem suspensi
independent umumnya digunakan pada
roda-roda depan. Pada sistem ini pemasangan kedua roda tidak menjadi satu poros
sehingga posisi roda yang satu tidak mempengaruhi yang lainya. Jika salah satu
roda menapak pada bidang miring atau bidang yang lebih tinggi sehingga badan
mobil (karoseri) tetap mendatar. Suspensi independent lebih nyaman dibandingkan
sistem suspensi rigid. Kenyamanan dan kestabilan pengendalian ini dipengaruhi
oleh sifat independent (sendiri-sendiri)
tersebut ketika menerima gaya maka sistem ini akan bekerja lebih fleksibel.
Beberapa model suspensi independent
antara lain :
1.
Model Macpherson Strut
Suspensi
Model Macpherson Strut mempunyai kemampuan
pengendalian yang baik dan nyaman. Model Macpherson
Strut lebih sederhana dengan susunan komponen yang tidak terlalu banyak.
Model Macpherson Strut cenderung
lebih mudah berubah untuk settingan wheel
alignment yang dimilikinya. Aplikasi dari suspensi tipe ini banyak
digunakan pada roda depan mobil ukuran kecil dan medium.
Gambar 2.1 Suspensi
Model Macpherson Strut
(Basic
1 Training Center; PT. PANTJA MOTOR
dalam Widha.2009:6)
a. Ujung
lower arm
Ujung lower arm
dipasang pada suspension member melalui
bushing karet dan dapat bergerak naik
turun. Sedangkan lainya dipasang ke steering
knuckle arm melalui ball joint.
b.
Strut bar
Strut bar berfungsi
menahan gaya yang bekerja pada roda dengan arah kedepan dan belakang. Salah
satu ujung strut bar dipasang pada lower arm dan ujung yang lainya diikat
pada cross member melalui bracket dan karet bantalan.
c.
Stabilizer bar
Stabilizer bar berfungsi
mengurangi kemiringan kendaraan ketika berbelok dan menambah kemampuan cengkram
roda terhadap jalan agar kendaraan stabil. Stabilizer bar dipasangkan pada lower arm melalui bushing karet, ring, dan pada bodi melalui bushing karet.
d.
Pegas
suspensi
Pegas
suspensi dipasang pada rakitan strut,
shock absorber ditempatkan didalam
rakitan strut.
e.
Shock absorber
Sebagai
bagian dari suspension linkage, shock absorber berfungsi menyerap
kejutan dari jalan dan menopang berat kendaraan. Bagian atasnya dipasang pada fender apron melalui bantalan karet dan bearing. Bagian bawah strut diikat
dengan baut pada steering knuckle.
2. Model
Double Wishbone dengan Batang Torsi
Suspensi
model wishbone, shock absorber hanya untuk menyerap gaya tegak lurus. Sedangkan
lengan atas dan bawah digunakan untuk menyerap gaya memanjang dan menyamping.
Konstruksi suspensi model wishbone
lebih kokoh dibandingkan konstruksi model machperson.
Ada
3 tipe suspensi model wishbone yaitu
:
a)
dengan pegas coil
b)
dengan pegas daun
c)
dengan pegas torsi
Batang torsi
(torsion bar) dipasangkan pada upper arm. Lower arm dihubungkan pada suspension member melalui bushing karet.
Torgue arm diikat pada upper arm belakang dengan dua baut
kemudian batang torsi dimasukan dengan torgue
arm tersebut.
Pada
isuzu phanter tipe hi-grade suspensi
depan menggunakan tipe wishbone
dengan batang torsi.
Gambar
2.2 Suspensi Model Double Wishbone
dengan Batang Torsi
(Basic
1 Training Center; PT. PANTJA MOTOR
dalam Widha.2009:9)
Bagian
depan dari setiap batang torsi dimasukan ke torque
arm pada upper arm. Bagian
belakang dari batang torsi dipasang kedalam anchor
arm yang diikat ke cross member dengan
baut penyetel anchor arm. Penyetelan
tinggi kendaraan menjadi mudah dengan memfungsikan baut tersebut. Splin depan dan belakang dari
masing-masing batang torsi dilengkapi dengan tutup debu, untuk menjaga agar
kotoran dan air tidak dapat masuk.
B. Komponen-komponen
Utama Suspensi tipe Wishbone dengan
Batang Torsi pada Isuzu Panther
Suspensi
tipe Wishbone dengan Batang Torsi
pada Isuzu Panther tipe Hi-Grade
mempunyai komponen-komponen utama antara lain:
1.
Pegas
Pegas
berfungsi untuk menghilangkan getaran karoseri yang ditimbulkan oleh pukulan
jalan pada roda, sehingga pengendaraanya lebih fleksibel. Selain itu juga
menjamin roda tetap menapak pada jalan.
Gambar 2.3 Pegas Batang Torsi dan Lengan Suspensi
(Basic
1 Training Center; PT. PANTJA MOTOR
dalam Widha.2009:9)
2. Strut
Bar
Strut bar terpasang pada lower suspension arm dan ujung lainya
diikat ke bracket strut bar terhubung ke bodi atau cross member melalui bantalan karet. Strut bar berfungsi menahan lower arm agar tidak bergerak maju atau
mundur pada saat menerima kejutan dari permukaan jalan yang tidak rata atau
dorongan akibat terjadinya pengereman.
3.
Suspension Arm (Lengan Suspensi)
Berfungsi
sebagai lengan ayun pada saat roda mendapat kejutan dari kondisi jalan. Pada
lengan suspensi bagian dalam ditumpu oleh bushing-bushing
dari karet. Sehingga gerakanya lebih fleksibel. Bushing karet yang ada juga berfungsi sebagai pegas.
Gambar
2.4 Bushing
(Basic
1 Training Center; PT. PANTJA MOTOR
dalam Widha.2009:10)
4.
Shock Absorber
Shock Absorber merupakan
komponen peredam getaran yang bekerja apabila roda mendapatkan gaya dorong vertikal
atau horizontal.
Gambar
2.5 Shock Absorber (Isuzu Training Center)
Cara
Kerja :
Didalam Shock Absorber teleskopik terdapat cairan khusus yang disebut
minyak Shock Absorber. Pada tipe ini
gaya redaman dihasilkan oleh adanya tahanan aliran minyak karena melalui orifice pada waktu piston bergrak naik
atau turun.
Gambar
2.6 Cara Kerja Shock Absorber
(Basic
1 Training Center; PT. PANTJA MOTOR
dalam Widha.2009:11)
5.
Ball Joint
Ball Joint
bekerja menerima beban vertikal maupun lateral, dan juga berfungsi sebagai
sumbu putaran pada roda saat kendaraan membelok.
Gambar
2.7 Ball Joint
(Basic
1 Training Center; PT. PANTJA MOTOR
dalam Widha.2009:11)
6.
Stabilizer Bar
Stabilisator
berfungsi untuk mengurangi efek rolling
bodi kendaraan dan memperbaiki sifat jalan belok kendaraan untuk suspensi depan
Stabilizer Bar terpasang pada kedua lower arm melalui bantalan karet dan linkage. Bagian tengah terikat ke frame atau bodi pada kedua tempat melalui
bushing. Stabilizer Bar berfungsi untuk mengurangi kemiringan kendaraan
akibat gaya sentrifugal pada saat kendaraan berbelok, dan dapat meningkatkan
traksi ban.
Gambar
2.8 Stabilizer Bar
(Modul Chasis dan Transmisi PPPGT VEDC dalam Widha.2009:12)
7.
Bumper
Saat kendaraan melalui jalan yang
berlubang atau tonjolan besar, pegas mengerut dan mengembang secara berlebihan.
Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan komponen lainya. Untuk itu bounding dan rebounding bumper dipasang sebagai pelindung frame, axle, shock absorber dan lain-lain pada waktu
pegas mengerut dan mengembang diluar batas maximumnya.
Gambar
2.9 Bumper
(Modul Chasis dan Transmisi PPPGT VEDC dalam Widha.2009:13)
C. Velg Roda (Disk Wheel)
Karet
ban tidak bisa terpasang langsung pada mobil, tetapi melalui velg. Karena roda merupakan bagian
terpenting yang menyangkut keselamatan mengemudi. Velg harus cukup kuat dalam menahan beban vertikal dan horizontal,
beban pengendaraan, pengereman dan berbagai macam tenaga yang tertumpu pada
ban.
Persyaratan
dari velg terebut harus sering
mungkin, harus balance dan dibuat
akurat agar dapat mengikat ban dengan baik. Menurut tipe velg, roda dapat dibedakan menjadi dua yaitu velg dari baja pres dan velg
dari campuran besi tuang. Sistem kode spesifikasi velg yaitu ukuran velg
tercetak pada permukaan velg itu
sendiri. Biasanya meliputi lebar, bentuk dan diameter velg.
Contoh
cara membaca spesifikasi velg :
Gambar
2.10 Spesifikasi Velg
(Basic
1 Training Center; PT. PANTJA MOTOR
dalam Widha.2009:14)
D. Sistem Kemudi
Sistem
kemudi adalah rangkaian komponen untuk mengatur arah kendaraan dengan cara
membelokan roda depan atau memposisikan lurus kembali setelah kadaan membelok.
Cara
kerja :
Bila
lingkar kemudi diputar, steering column
akan meneruskan tenaga putarnya ke steering
gear, steering gear memprbesar
tenaga putar ini, sehingga dihasilkan momen yang lebih besar untuk menggerakan pitman arm sehingga roda dapat berbelok
karena roda tersebut terhubung pada relay
rod yang dapat bergeser kekanan atau ke kiri yang digerakan oleh pitman arm tersebut.
Gambar
2.11 Rangkaian Sistem Kemudi
( Isuzu Training
Center )
E. Wheel Alignment
Persaratan
pada kendaraan yang baik memiliki kombinasi dari sistem kemudi dan sistem
suspensi harus menghasilkan stabilitas kendaraan, stabil dalam pengemudian dan
daya balik kemudi saat roda-roda melaju ataupun saat berbelok.
Agar
sistem suspensi dan kemudi dapat berfungsi dengan baik, maka diperlukan
pengaturan roda-roda depan. Dengan cara mengurangi atau meminimalkan stress dan keausan dari tiap komponen,
yaitu dengan mengatur letak geometris mekanisme suspensi dan kemudi.
Bagian
Front Wheel Alignment terdiri dari
penyetelan sudut geometris dan ukuran roda depan. Setelah komponen suspensi dan
kemudi terpasang pada chasis pada umumnya dapat dikategorikan dalam elemen sebagai
berikut :
1.
Camber
2.
Caster
3.
Toe
Angle
4.
Steering
Axis Inclination
5.
Turning
Radius
6.
Side
Slip
Berdasarkan
dari berbagai macam pengaturan sudut dan ukuran-ukuran ini tergantung dari
sistem suspensi, sistem penggerak roda dan sistem kemudi. Hal ini ditujukan
agar kendaraan memiliki kestabilan dalam pengendalian sebaik mungkin serta
penggunaan komoponen dapat lebih tahan lama.
Untuk melakukan pengukuran atau
penyetelan, hasil yang akan dicapai bergantung pada beban kendaraan dan
penempatan kendaraan pada bidang datar, sehingga dapat diperoleh tinggi
kendaraan yang tepat.
Pengertian
dari Camber, Caster, Toe Angle, Steering
Axis Inclination, Turning Radius dan side
slip serta sudut-sudut yang akan terbentuk dari roda-roda depan kendaraan
terhadap chasis pada saat posisi lurus atau pada saat membelok.
1.
Camber
Camber
adalah sudut yang dibentuk antara kemiringan roda dan garis vertikal dilihat
dari depan kendaraan. Bila miringnya ke arah luar disebut camber positif, dan bila miringnya ke arah dalam disebut camber
negatif.
Gambar 2.12 Camber
Positif, Camber Negatif dan Camber Nol
(Isuzu Training Center)
Camber positif
berfungsi untuk memungkinkan terbentuknya camber nol saat kendaraan diberi beban,
dan mengurangi beban pada steering.
Camber negatif
berfungsi untuk mengutamakan kendaraan dapat lurus dan stabil. Camber negatif mengurangi ground
camber (kemiringan kendaraan saat
membelok) dan menyempurnakan kemampuan belok. Camber nol menyebabkan stabilitas pengemudi berkurang.
a. Fungsi Camber
1) Camber
positif
( + )
Camber positif menyebabkan
pengemudian menjadi ringan
2) Camber
negatif
( - )
Camber negatif menyebabkan
pengemudian menjadi berat
3) Camber nol ( 0 )
Camber nol menyebabkan stabilitas
pengemudian berkurang
b. Pengaruh Camber Terhadap Pengemudian
1) Camber positif ( + )
Camber positif mengurangi efek
kekocakan bantalan
2) Camber
negatif
( - )
Camber negatif menyebabkan efek
kebebasan bantalan roda bertambah
3) Camber
nol ( 0
)
Camber nol menyebabkan getaran pada
roda kemudi besar dan tidak stabil.
2.
Caster
Caster
adalah sudut yang dibentuk oleh steering
axis dengan garis vertikal dilihat dari samping kendaraan. Bila kemiringan
dari steering axis ke arah belakang
disebut caster positif. Sedangkan
bila kemiringan dari steering axis ke
arah depan disebut caster negatif. Caster
positif berfungsi untuk kestabilan pengemudian dan daya balik kemudi setelah
membelok. Caster negatif membuat
kemudi ringan, tetapi kestabilan kendaraan saat berjalan lurus menjadi
berkurang.
Jarak
dari titik potong sumbu steering axis
dengan jalan, ke titik pusat singgung ban dengan jalan disebut trail.
Gambar 2.13 Caster
(Isuzu Training Center)
Caster yang
terlalu positif akan menyebabkan trail semakin panjang dan daya balik kemudi
makin baik, tetapi kemudi menjadi lebih berat. Caster
negatif membuat kemudi ringan, tetapi kestabilan kendaraan saat berjalan lurus
menjadi berkurang.
Gambar 2.14 Caster
Nol, Negatif dan Positif
(Modul Chasis dan Transmisi PPPGT VEDC dalam Widha.2009:22)
a. Macam-macam Caster
1) Caster positif ( + )
Bagian
atas sumbu king-pin berada di
belakang garis tengah roda vertikal nol “ 0 “ dan bagian bawah sumbu king-pin berada di depan.
2)
Caster negatif ( - )
Bagian
atas sumbu king-pin berada di depan
garis tengah roda vertikal “ 0 “ dan bagian bawah sumbu king-pin berda di belakang.
3)
Caster nol ( 0 )
Tidak
ada kemiringan pada sumbu king-pin terhadap
garis tengah roda vertikal “ 0 “.
b.
Fungsi
Caster
1)
Saat
jalan lurus
Saat
jalan lurus caster berfungsi
menggerakan roda tetap stabil dalam posisi lurus, walau roda kemudi dilepas.
2)
Saat
belok
Dengan
berubahnya caster roda luar ke arah
negatif, maka ban menopang pada permukaan jalan dengan baik ( tidak mudah slip
keluar radius jalan ).
c.
Pengaruh
Caster Terhadap Sifat Pengemudian
1)
Caster positif ( + )
Penyetelan
caster positif yang benar akan
memberikan keuntungan yaitu roda tetap stabil dalam posisi lurus.
2)
Caster negatif ( - )
- Roda
menggelepar dan timbul getaran.
- Roda
bergerak tidak stabil saat jalan lurus.
3)
Caster nol
Saat
jalan lurus, roda tidak cenderung mencari sikap lurus, sehingga tidak ada
kestabilan saat jalan lurus.
3.
Steering Axis Inclination
Steering axis
adalah sumbu tempat roda berputar saat berjalan lurus atau berbelok. Axis (sumbu) ini digambarkan sebagai
garis imajinasi antara bagian atas dari upper
suspension arm ball jont dan lower suspension arm ball joint.
Gambar 2.15 Steering
Axis Inclination (Isuzu Training
Center)
King pin inclination adalah
sudut yang dibentuk oleh steering axis dengan
garis vertikal dilihat dari depan kendaraan. Offset adalah jarak dari titik potong garis tengah ban dengan jalan
ke titik potong steering axis dengan
jalan. Offset yang lebih kecil akan
menyebabkan kemudi menjadi lebih ringan dan daya balik kemudi baik.
Offset
(+) Offset (0) Offset
(-)
Gambar 2.16 Offset Positif,
Nol dan Negatif
(Modul Chasis dan Transmisi PPPGT VEDC dalam Widha.2009:20)
a.
Pengaruh
Jarak Offset
1)
Offset positif
Jarak offset diperlukan
saat roda dibelokan, agar tidak terjadi ban menggosok pada permukaan jalan,
karena roda akan bergerak mengelilingi sumbu king-pin. Pada kendaraan hanya diperlukan sedikit offset, jika offset besar pengemudi terasa berat dan getaran cukup kuat.
2) Offset
nol
Jika
offset nol, pada saat roda dibelokan
terjadi ban menggosok pada permukaan jalan, karena sumbu putar kemudi (king-pin) tepat pada garis simetris ban.
3) Offset positif saat di rem
pada
kondisi jalan yang jelek / koefisien gesek roda kiri dan kanan tidak sama,
kendaraan akan cenderung membelok saat di rem.
4) Offset negatif saat di rem
Sifat
pengereman dapat dikurangi biasanya bila koefisien gesek tidak sama atau lewat
pada jalan yang jelek, kendaraan tetap berjalan lurus saat di rem.
4.
Toe Angle
Toe angle
terdiri dari susunan toe in dan toe out. Kendaraan dapat disebut
memiliki toe in apabila jarak bagian depan
roda depan (A) lebih kecil dari pada bagian belakang roda depan (B) (dilihat
dari atas). Sebaliknya susunan yang berlawanan disebut toe out. dan dinyatakan dalam satuan mm (B–A). Seperti pada gambar
dibawah ini :
Gambar 2.17 Toe Angle (Isuzu Training Center)
Toe in
berfungsi untuk mengimbangi camber roll
(menggelindingnya roda ke arah luar) yang disebabkan oleh camber positif. Bila roda-roda depan memiliki camber positif, maka bagian atas roda miring mengarah keluar. Hal
ini akan menyebabkan roda-roda berusaha menggelinding ke arah luar pada saat
mobil berjalan lurus, kemudian akan terjadi side
slip (ban akan cepat aus). Untuk itu toe
in digunakan pada roda-roda depan untuk mencegah roda mengglinding ke arah
luar yang disebabkan oleh camber.
a. Macam-macam Toe
1)
Toe-nol ( 0 )
Gambar 2.18 Toe
Nol (Isuzu Training Center)
Toe
nol, roda kiri dan kanan pada posisi parallel
Jarak roda kanan = roda kiri
2)
Toe – in ( Toe positif )
Roda
bagian depan berada dalam posisi saling
mendekat
Toe-in
: A < B
Disebut
juga toe positif
Gambar
2.19 Toe In (Training Centre Asytra Mobil)
3)
Toe
– out (Toe negatif )
Gambar 2.20 Toe
Out (Training Centre
Asytra Mobil)
Roda
bagian depan berada dalam posisi saling menjauh
Toe-out : A > B
Disebut
juga toe-negatif
b.
Fungsi
Toe
1)
Sebagai
koreksi camber ( saat jalan lurus )
a) Menghemat
ban / keausan ban merata
b) Pengemudian
stabil / tidak timbul getaran
Gambar 2.21 Koreksi Camber (Training Centre Asytra Mobil)
2)
Sebagai
koreksi gaya penggerak
a) Mobil
dengan penggerak roda belakang
Gaya penggerak dari aksel belakang
diteruskan ke aksel depan melalui rangka. Reaksi tahanan gelinding ban roda
depan yang mengarah kebelakang menyebabkan roda bagian depan cenderung bergerak
kearah luar. Untuk mengatasi reaksi roda bagian depan cenderung bergerak ke
arah luar perlu penyetelan.
Gambar 2.22 Mobil Penggerak
Roda Blakang (Training Centre Asytra
Mobil)
b) Mobil
dengan penggerak roda depan
Gaya penggerak diteruskan ke aksel
belakang melalui rangka. Reaksi tahanan gelinding roda belakang yang mengarah
ke belakang menyebabkan roda depan bagian depan cenderung bergerak ke arah
dalam. Untuk mengatasi reaksi roda depan bagian depan cenderung bergerak ke
arah dalam perlu penyetelan.
Gambar 2.23 Mobil Penggerak
Roda Depan (Training Centre Asytra
Mobil)
5.
Turning Radius
Turning radius
adalah sudut roda untuk membelokan kendaraan, dalam hal ini dilayani oleh sistem
sambungan kemudi. Kendaraan sewaktu berbelok akan membentuk radius melingkar
pada masing-masing roda depan. Masing-masing roda depan antara bagian kanan dan
kiri memiliki jarak tempuh saat berbelok. Apabila roda depan bagian kanan dan
kiri mempunyai sudut belok yang sama besar atau memiliki turning radius yang
sama ( r1 = r2 ), dengan demikian masing-masing roda akan
mengelilingi titik pusat yang berbeda ( 01 dan 02 ).
Akibatnya kendaraan tidak dapat membelok dengan lembut karena terjadinya side-slip roda-roda.
Gambar 2.24 Turning
Radius (Isuzu Training Center)
Untuk
menanggulangi hal ini, knuckle arm dan
tie rod disusun agar pada saat
membelok roda-roda menjadi sedikit toe
out, akibatnya sudut belok roda inner sedikit lebih besar daripada sudut outer, dan titik putaran roda kiri dan
kanan berhimpit. Hal ini mengakibatkan turning
radius menjadi berbeda ( r1 > r2 ). Prinsip ini
disebut prinsip ackerman. Hal ini
akan membuat saat berbelok lebih halus dan nyaman.
Gambar 2.25 Turning
Radius dengan Titik Pusat Berbeda
(Isuzu Training Center)
Gambar 2.26 Turning
Radius dengan Titik Pusat yang Sama Saat Berbelok
(Isuzu Training Center)
Pada
saat berbelok ke kanan maka langkah putaran roda kiri akan lebih banyak
daripada roda bagian kanan, begitu pula apabila membelok kekiri maka akan
terjadi sebaliknya.
Bila
roda depan kanan dan kiri mempunyai sudut belok (turning radius) roda yang sama besar, akan menyebabkan roda-roda berputar
mengelilingi titik pusat yang berbeda (01 dan
02), akibatnya kendaraan tidak dapat membelok
dengan lembut karena terjadinya side slip
pada roda-roda. Untuk mencegah hal ini, knuckle
arm diserongkan ke dalam, akibatnya sudut belok roda inner sedikit lebih besar daripada sudut belok roda outer. Prinsip ini disebut prinsip ackerman.
6.
Side Slip
Side slip
adalah jumlah slipnya roda depan (kiri dan kanan) ke arah samping saat
kendaraan berjalan lurus. Side slip
diukur dengan side slip tester pada
saat kendaraan bergerak lurus dan perlahan. Side
slip dinyatakan dalam mm/m, umumnya besar side slip adalah 0–3 mm.
Gambar 2.27 Ilustrasi Pengukuran Side Slip
(Isuzu Training Center)
Tujuan
mengukur side slip adalah untuk
menilai wheel alignment secara
keseluruhan pada saat kendaraan berjalan lurus. Terjadinya side slip terutama disebabkan oleh camber atau toe in, akan
tetapi caster dan sudut king pin ( steering axis inclination ) perlu mendapat perhatian pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar